Workshop Food Photography dan Food Styling #1
Foto dari Panitia Workshop, diambil dari milis NCC |
Setelah dag dig dug cukup lama, khawatir pada tanggal 28 Maret 2015 akan ada acara kantor, akhirnya aku berada juga di Rumah Menteng, Jl. Subang Nomor 14. Menghadiri workshop Food Photography dan Food Styling. Rangkaian acara HUT 1 Dasawarsa NCC ini diusung dengan tema Food Style, and Shoot. Ada sekitar 40an peserta dengan beragam latar belakang tapi yang pasti pada doyan makan atau doyan masak, hehe. Ada peserta yang membawa kamera DSLR lengkap dengan aneka lensa dan tripod, ada juga yang membawa kamera pocket. Aku bahkan berakhir dengan hanya menggunakan kamera HP saja, si Advan, android yang murah meriah, hihi. Kameranya kemana? Nyaman di dalam tas! So, hanya ada satu foto saja yang mau aku share di sini. Itupun tidak maksimal menurutku karena unsur-unsur yang seharusnya terlihat, tidak terlihat semua. Kenapa begitu? Karena aku mengambil foto dari sudut pandang eye level dimana seharusnya foto diambil dengan sudut pandang top view. Harus aku akui bahwa ketidakcekatanku dalam berebut tempat dan posisi kadangkala tidak menguntungkan. Sama halnya seperti sesi foto dalam workshop ini.
Secara garis besar, workshop dibagi menjadi 2 sesi dengan 2 pembicara, masing-masing Mas Jie Wahyono Kusumo atau dikenal juga dengan Jiewa Vieri yang memaparkan tentang Food Photography dan Mba Vania Samperuru dengan Food Stylistnya. Satu hal yang bikin mata tak beralih dari foto-foto mereka itu, props!
Nah, pada posting kali ini aku ingin mengulas secara ringkas materi yang disampaikan pada saat workshop. Semoga bermanfaat untuk teman-teman pemula seperti saya. Oh iya, sebelum lupa. Setelah mengikuti workshop dan membaca beberapa blog yang membahas soal fotografi, aku menyadari bahwa selama ini aku melakukan cukup banyak kesalahan dalam memotret makanan, hoho. So, berhubung sudah mulai dibukakan mataku, seharusnya pula belajar selangkah demi selangkah agar menjadi lebih baik ya. Oke, aku mulai dari materi fotografi.
Passion menjadi persoalan nomor satu dalam segala hal yang ditekuni. Tanpa passion, hampir mustahil melakukan sebuah pekerjaan dengan sempurna.
Knowledge. Passion harus diimbangi dengan pengetahuan. Pengetahuan seputar fotografi belakangan ini sudah banyak diulas oleh para blogger. Tidak sulit menemukannya asal mau mencari, membaca, dan mempelajarinya. Salah satu blog yang menulis tentang fotografi adalah Belajar Fotografi. Bahasanya yang mudah dicerna oleh orang biasa membuatku cukup nyaman membaca blog ini.
Master Your Tools. Apapun kamera yang kamu punya -pocket atau HP, mirorless, dan DSLR- kenali dulu dengan baik sebelum menggunakannya. Simpel saja, bacalah manual book! Hal ini sungguh menantang. Tapi ingatlah bahwa idiom the man behind the gun, merupakan idiom yang sangat benar. Tak peduli secanggih apa kamera kamu, jika kamu tak mengenali toolsnya, kamera tersebut tidak akan menghasilkan foto yang luar biasa. Just to know, hingga saat ini aku belum bisa (baca: berani) memotret dengan M Mode karena terlalu malas untuk membaca manual book dan mengutak-atik kamera. That's disaster, totally!
Light Direction tak bisa diabaikan sama sekali. Sebab fotografi itu sendiri bermakna melukis dengan cahaya. Cahaya yang paling baik untuk mendapatkan foto terbaik adalah cahaya alami atau natural light yang diperoleh dari sinar matahari. Bila tidak ada cahaya alami, sangat penting untuk membuat pencahayaan menggunakan berbagai peralatan. Namun demikian, Mas Jie mengatakan bahwa cahaya buatan (baca: lampu studio foto) terbaik tidak bisa mengalahkan cahaya alami yang bersumber dari matahari. Nah, arah yang cahaya yang dibutuhkan untuk fotografi adalah cahaya yang datang dari arah jarum jam 9 hingga jam 3 dengan posisi kamera berada di arah jarum jam 6. Jika diperlukan, gunakan reflektor agar cahaya jatuh secara merata pada objek dan background foto.
Rule of Third Composition adalah sebuah ketentuan dalam dunia fotografi yang sangat membantu dalam menghasilkan foto yang enak dilihat. Pada rule of third, bidang foto dibagi menjadi 9 bagian yang sama besar baik vertikal maupun horizontal. Dengan demikian, diperoleh 9 kotak sama besar yang membentuk 4 titik pertemuan seperti pada gambar berikut.
Gambar dari Belajar Fotografi |
Keempat titik pertemuan tersebut dikenal juga dengan nama titik mata. Menempatkan point of interest atau objek utama dari foto pada salah satu titik tersebut dipercaya membuat foto terlihat indah dan menjadi balance. Tidak selalu semua titik harus diisi. Cukup isi salah satu titik saja. Yang pasti, jangan pernah menempatkan objek utama di tengah-tengah kotak!
Best Angel. Untuk menghasilkan foto makanan yang menggugah selera, seorang fotografer harus mengelaborasi semua angel yang memungkinkan. Sehingga tidak aneh jika seorang fotografer makanan membutuhkan waktu seharian untuk mendapatkan satu foto yang memuaskan dalam sesi pemotretan untuk iklan sebuah restoran. Terlepas dari beberapa sudut pengambilan foto yang akan dielaborasi, minimal ada tiga angel yang patut dicoba, yaitu eye level (mengambil foto dengan sudut 45' dari mata ke makanan), below aye level (mengambil foto dari sudut di bawah 45' atau bahkan mungkin 0'), dan top view (memotret makan dari atas sehingga semua elemen terlihat jelas).
Hindari beberapa hal berikut. Meletakkan makan di lantai, menggunakan direct flash saat memotret, dan memotret makanan secara miring.
Editing foto dapat dilakukan untuk mempertegas kesan foto. Jangan berlebihan mengedit foto. Less is more! Gunakan bantuan photo editor sekedarnya saja seperti mempertajam warna tertentu, garis, atau tekstur. Pastikan foto yang akan diedit adalah foto yang bagus sehingga tidak butuh banyak sentuhan untuk membuatnya menarik.
Temukan stylemu! Setiap orang pasti memiliki gaya dan kecenderungan berbeda dalam segala hal termasuk memotret. Tidak mudah memang untuk menemukan style yang cocok tapi bukan berarti mustahil. Satu hal yang harus dilakukan adalah berlatih dengan mencontoh foto-foto yang dinilai bagus. Lakukan terus sehingga suatu saat kamu menemukan stylemu sendiri. Di dalam buku panduan workshop, mas Jie mengutip kata mutiara dari Yohji Yamamoto, "start copying what you love. Copy, copy, copy, copy. At the end of the copy you will find yourself".
Gunakan props untuk mempercantik dan menegaskan kesan foto.
*Melihat postingannya ini sudah cukup panjang maka aku putuskan untuk membagi tulisan ini menjadi 2 bagian. Materi yang disampaikan oleh Mba Vania akan aku bahas pada bagian kedua. Stay tuned!
Bagian #2 sudah dapat dibaca di sini, ya!
Comments
Post a Comment