Menjadi Food Blogger #1



Assalamu'alaikum ^^
#sharing

Bagian #1

Pertama kali memutuskan untuk membuat blog yang memuat hasil karyaku di dapur, saat itu belum pernah terpikir bahkan aku belum tahu tentang Food Blogger. Yang aku tahu, banyak orang yang memasak di dapurnya dan membagi cerita kepada dunia. Yang aku pahami seketika adalah bahwa dunia kecil di dalam rumah yang kita sebut dapur dapat dipamerkan kepada dunia dengan perasaan bangga dan tentunya penuh cinta. Di postingan kali ini aku ingin bercerita bagaimana menjadi seorang Food Blogger a la Uni Cakes yang baru hadir di dunia per-blog-an ini selama kurang lebih 3 tahun. So, ini bukan pakem melainkan hanya berbagi pengalaman.

Jika kamu berpikir bahwa menjadi seorang Food Blogger memerlukan perlengkapan dapur yang luar biasa seperti para chef di TV, kamu salah. Ketika kamu khawatir bahwa sebuah kompor portabel kecil dan sebuah wajan tidak bisa menjadikanmu seorang Food Blogger, kamu keliru. Begitupun andai kamu beranggapan bahwa hanya para bakul kue dan pemilik katering saja yang bisa bercerita di blog mereka, kamu salah persepsi.

Menjadi seorang Food Blogger tidaklah serumit yang kamu kira. Pergilah ke pasar, beli seikat kangkung, bawang merah dan bawang putih Rp 2,000 saja, dan cabe rawit Rp 1,000 (kalau harga cabe lagi mahal, kamu cuma dapat 3 butir saja, hehe) lalu siangi dan potong-potong kangkungnya sesampainya di rumah. Iris bawang merah, cincang bawang putih lalu tumis. Masukkan kangkung, tambahkan sedikit saja air, sejumput gula dan garam. Masak hingga kangkung lunak tapi jangan terlalu matang dan layu. Pindahkan ke dalam piring saji, foto, dan segera posting di blog kamu. Selesai. Simpel bukan?


Memulai suatu pekerjaan tidak cukup hanya niat saja. Butuh tekad yang kuat. Dalam kajian Hadits Arba'in (hadits pertama), tekad adalah niat dan niat adalah tekad (kira-kira begitu). Di sini aku bedakan karena dalam budaya kita niat seringkali diartikan hanya sebagai sebuah rencana yang terpisah dari aksi nyata (abaikan penjelasan ini, hehe). Bukalah laptop, nyalakan sambungan paket data (pakai yang murah saja, misal 3, hihi pengalaman), buat akun gmail karena tanpanya kamu tidak diizinkan untuk membuat blog. Lalu? Tentu saja membuat blog. Pilih template yang simpel atau dinamis yang menurut kamu mudah dan kamu suka tampilannya. Atau jika kamu tidak punya laptop atau PC di rumah, berkunjunglah sebentar ke warnet lalu lakukan langkah yang sama. Hanya butuh Rp 1,000 (apa sekarang tarif internet masih sama-dengan 4 tahun yang lalu) untuk langkah-langkah di atas. Kecuali jaringannya lemot ya.

Ya, kamu butuh resep untuk memasak. Walaupun tidak semua. Buat kamu yang sudah berpengalaman sehari-hari memasak di rumah, tidak perlu repot-repot bertanya pada Om kita Google tentang sebuah resep. Namun satu kesulitan yang akan kamu hadapi (seperti yang selalu aku hadapi) saat ada yang bertanya tentang takaran resep warisan orang tua yang kamu gunakan. Aku tidak pernah menghitung berapa liter santan yang aku butuhkan saat membuat 1 kg rendang. Ibuku hanya mengatakan, "untuk 1 kg daging, dibutuhkan santan dari 5 butir kelapa. Pisahkan santan kental (pati) dengan santan encer". Berapa liter santan kental (pati) dan berapa liter santan encer? Aku tak pernah  menakarnya. Aku juga memahami bahwa untuk mendapatkan santan kental dari 5 butir kelapa, aku butuh air setengah gayung air hangat cenderung panas. Berapa liter air hangatnya? Sekali lagi, aku tidak tahu. Setelah mendapatkan santan kental, aku akan memeras kelapa sebanyak 2 kali lagi. Hasilnya adalah santan yang encer. Aku tidak punya aneka cup untuk menakar volume cabe yang digunakan. Aku juga tidak pernah menimbang berapa gram jahe, laos, dan kunyit yang kemudian aku haluskan. Aku menakar garam  dengan jemariku yang langsung mengambil tanpa sendok ke dalam kemasannya dan menaburkannya ke masakan. Sekali lagi, jangan tanya berapa sendok makan garam yang aku gunakan karena aku tidak menakarnya. Kamu tahu? Aku berhasil membuat rendang daging yang lezat hanya dengan menggambarkan rasa. Terkait menggambarkan rasa, aku posting besok ya^^.


Resep yang didasarkan pada 'kiralogi' ini tentunya tidak bisa kamu bagikan di blog. Kalau kamu mau sedikit repot, takarlah jumlah santan kental yang kamu  hasilkan dari 5 butir kelapa. Timbanglah laos dan jahe. Seterusnya, tulislah yang rapi disertai petunjuk cara membuatnya. Jadilah satu resep asli dari kamu. Resep warisan keluarga. Mudah bukan kedengarannya (?). Tapi lumayan repot saat mengerjakannya (kalau tidak punya tekad kuat), hehe. Itu aku!

Saat ini banyak sekali sumber yang bisa kamu jadikan pedoman soal resep. Ada tabloid Nova baik online maupun cetak, Sajian Sedap, Tabloid Saji, aneka buku resep yang tersedia di toko buku. Gunakan resep-resep itu jika kamu ingin kemudahan.

Bersambung ke bagian #2...
---Menjadi Food Blogger adalah tentang berbagi cinta, kehabagiaan, dan kelezatan---

Comments

  1. iya mba... betul, menjadi food blogger emang mudah. tapi bikin postingan yang menarik itu susah, apalagi untuk platting dan foto makanannya. makanan yg sebenernya rasanya enak bisa jd ga menarik kalo penampilannya dan sudut fotonya biasa ajah. huhuhuhu :')

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul, betul, betul...
      Tetap saja bisa segera dimulai mba. Masih ada 2 bagian lagi yang akan aku share nanti di sini tentang Menjadi Food Blogger. Di situ nanti aku mau bahas seputar Food Photography sama Food Stylish, walaupun foto dan style foto di blog ini masih juaauuh dari bagus, hehe. Tapi setidaknya berbagi ilmu sambil praktik, hehe.

      So, ikuti perkembangannya ya mba :D

      Delete

Post a Comment

Popular Posts