Workshop Food Fotography dan Food Styling #2


Materi kedua yang disampaikan pada saat workshop adalah Food Styling. Foto dan styling tentu saja merupakan dua mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Ya, setidaknya dua keahlian itu yang dibutuhkan untuk menampilkan makanan menjadi lebih eye catching dan menggugah selera. Perpaduan kedua skill tersebut tentunya sangat dibutuhkan oleh bakul kue rumahan untuk mempromosikan produknya. Ah ya, pemilik McD dan KFC tidak butuh keahlian tersebut karena mereka mampu membayar 'tukang foto' dan 'tukang salon' makanan. Dan hai, kamupun bisa menggunakan jasa mereka selama budget promosi menutupi (ngintipin dompet).

Namun jika tidak mau membuat kantong jebol, ada baiknya kita belajar sedikit seputar dunia foto dan styling makanan. Tidak perlu seahli para profesional di luar sana. Cukup sekedar ilmu untuk membuat foto makanan menjadi lebih baik dan lebih enak dipandang. Ya, itu saja! Tapi kalau memang tertarik sangat pada dunia tersebut, tidak ada salahnya juga ya untuk terjun secara maksimal. Siapa tahu (belum ada yang tahu, sih) profesi fotografer makanan atau styling makanan cocok untuk kamu^^.  

Intronya lumayan panjang :D


Materi kedua tentang styling disampaikan Mba Vania Samperuru. Oh iya, sebelum lupa. Baik Mba Vania maupun Mas Jie sama-sama merupakan profesional yang kliennya itu sudah sekelas Nestle dan kawan-kawan. Wow banget, ya. Wow, dong! Nah, hal-hal yang disampaikan Mba Vania tidak kalah menarik dari apa yang disampaikan Mas Jie. Udah gitu, propsnya juga sama. Sama-sama membuat mataku tak beralih dari foto! Huaaa, ngintipin dompet lagi nih. Alamat bakal blanja-blanji segala macam props! Yang paling aku suka dan bikin ngiler itu, cake stand. Oh iya, cake standnya juga dibawa sama Mba Vania ke lokasi. Dan props yang digunakan saat sesi foto (praktik) juga tidak kalah menggoda.

Mba Vania menjelaskan bahwa sebelum berkelana lebih lanjut 'mendandani' makanan, perlu sekali untuk mengetahui dan memahami pengetahuan dasar seputar Table Setting Etiquette. Dimana napkin diletakkan, sendok mana yang digunakan, apakah garpu akan berpasangan dengan sendok atau dengan pisau. Gelas apa yang digunakan untuk air mineral, jus, atau sirup. Sangat tidak pas menggunakan saucer (tatakan gelas kopi) sebagai piring kue karena dari sananya mereka memiliki fungsi yang berbeda. Jika tetap ingin menggunakannya, pastikan garis lingkar di bagian dalam saucer -yang merupakan dudukan cangkir kopi- tidak terlihat saat difoto. Dan aku telah melakukan kesalahan ini! Dan hai, aku menggunakan garpu makan sebagai props saat memotret kue. Kesalahan lainnya!


Konsep juga harus dipikirkan sebelum melakukan penataan makanan. Konsep akan membimbing kamu untuk mewujudkan foto yang diinginkan dan menampilkan suasana. Sebelum memutuskan konsep yang akan digunakan, perlu rasanya mempertimbangkan cahaya, props yang tersedia, koordinasi warna, komposisi, dan style. Jika konsep sudah matang dan pemotretan didukung oleh beberapa hal yang sudah disebutkan di atas, maka foto makananmu akan berbicara tentang apa yang kamu rasakan.

Dalam teori Colour Coordination, terdapat 3 kompisis warna yang dijamin tidak membuat objek foto saling berebut perhatian dengan objek utama. Pola warna tersebut adalah complimentary, yaitu warna yang berlawanan arah pada roda warna, analogous, yaitu warna tiga warna yang berdekatan di roda warna, dan triad, yaitu warna-warna yang membentuk pola segitiga pada roda warna. Sebelum menentukan warna props yang digunakan, pastikan terlebih dahulu warna makanan kamu. Begitu juga saat hendak menambahkan garnish.

Diolah dari berbagai sumber
Property atau biasa disingkat props tentu memegang peranan yang sangat penting dalam menghadirkan foto makanan yang eye catching. Kue bolu (tulban) akan terlihat sangat elegan saat diletakkan di atas cake stand daripada saat diletakkan di atas piring kue biasa. Agar props yang digunakan menunjang penampilan makanan, perlu kiranya untuk menyesuaikan props dengan kosenp yang sudah ditentukan. Pastikan kamu menggunakan peralatan makan sesuai dengan fungsinya dan perhatikan juga perbandingan jumlah dan ukuran props dengan ukuran dan jumlah makanan. Memadu-padankan props dengan material berbeda bisa menghasilkan foto yang cantik, begitu juga dengan props yang tidak biasa. So, coba saja! Memotret makanan tanpa props, tidak ada salahnya.

Styling juga mengenal komposisi. Komposisi dalam food styling merupakan pengaturan objek utama beserta satu atau beberapa objek pendukung pada suatu 'meja kerja' yang telah ditentukan. Beberapa hal yang penting untuk diperhatikan adalah center atau off center, rule of third, negative space, dan depth of field (ngopy abizz). Sayangnya aku tidak bisa mengelaborasi terlalu jauh mengenai hal ini karena sepertinya aku melewatkan penjelasan ini. Tapi ada satu hal yang bisa aku ceritakan, yaitu tentang negative space karena sudah lebih dulu disinggung oleh Mas Jie. Negative space atau ruang negatif adalah ruang yang mengelilingi objek utama sebuah foto. Ruang negatif dapat dimanfaatkan untuk memperkuat objek utama.


Berhubung penduduk NCC adalah tukang masak, maka tidak lupa pula dibahas tentang bagaimana memotret cake, makanan kecil, dan masakan. Ketika hendak memotret cake, tentukan terlebih dahulu bagian mana dari cake tersebut yang ingin ditonjolkan. Apakah bagian permukaan cake (top) atau bagian sisi cake. Untuk menampakkan bagian permukaan cake, dapat digunakan angel top view. Sedangkan untuk mendapatkan gambaran layer yang cantik dari sebuah rainbow cake atau pagar cokelat menawannya black forest, eye level atau bahkan below eye level sangat cocok.

Ketika memotret makanan kecil, sangat perlu memperhatikan detail, tekstur, dan warna. Pemakaian props sangat kritikal dari segi motif, warna, dan juga bahan. Salah satu foto milik Mba Vania yaitu foto ketan serundeng lumayan mengundang selera padahal aku tidak suka ketan serundeng. Ketan serundeng yang biasa disajikan dalam bentuk bulat gepeng dengan balutan serundeng ditampilkan berbeda. Ketannya dicetak menggunakan cetakan sakura, permukaannya ditaburi serundeng dan ditambah sedikit garnish. Siapa mengira bahwa makanan tradisional Indonesia juga bisa fotogenik tanpa menghilangkan kesan tradisionalnya!

Masakan Indonesia paling tidak fotogenik! Begitu kata Mba Vania. Katanya juga, kalimat tersebut keluar dari ahli fotografi. Nah, adalah tantangan untuk menampilkan masakan Indonesia menjadi cantik saat difoto. Pastikan ukuran piring sesuai dengan masakan dan jangan mengisi penuh seluruh bagian piring. Koordinasi warna tetap menjadi poin penting. Piring polos tanpa motif akan membantu masakan tampil menjadi superstar. Oh ya, di workshop ini aku mendengar kembali kalimat yang sebelumnya pernah aku baca dalam sebuah buku food styling, bahwa masakan yang cantik di depan kamera tidak dapat dimakan karena biasanya masakan tersebut tidak matang 100%.

Foto dari Panitia yang diambil dari milis NCC
Secara keseluruhan materi yang disampaikan sangat berguna. Hanya sayangnya waktu yang disediakan sangat terbatas sehingga aku merasa bahwa materinya terlalu dipadatkan padahal yang berbicara di depan sana adalah para profesional dengan jam terbang yang sangat tinggi. Jika saja waktunya lebih banyak, tentu lebih banyak hal juga yang bisa dieksplor. Tapi tak perlu kecewa, begitu juga dengan kamu yang berkesempatan mengikuti workshop fotografi ataupun styling, karena kamu bisa belajar langsung dari orangnya via dunia maya tentunya. Follow saja akun instagram @inijie miliknya Mas Jie atau @vsamperuru untuk melihat foto-foto cantik Mba Vania. Aku rasa mereka tidak akan segan berbagi ilmu. Selain itu, masih banyak juga pakar fotografi dan styling makanan di luar sana yang bisa kamu ambil ilmunya. So, selamat belajar^^.

Mau membaca cuplikan materi seputar fotografinya? Ke sini, ya!

Comments

  1. kekurangan saya yang paling utama adalah property mba~ :'(
    apalagi kalo makanan yang dibawa pulang atau masak sendiri, padahal makanannya enak... tp propertinya ga mendukung. huhuhu :(
    makanya lebih seneng poto langsung d lokasi aja... tapi jd bermasalah kalo lokasinya minim cahaya, haha.

    oh ya mba, "masakan yang cantik di depan kamera tidak dapat dimakan karena biasanya masakan tersebut tidak matang 100%" maksudnya gimana?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehe, sama mba. Props emang mahal apalagi kalau yang bentuknya unik-unik. Dan memang, cahaya sangat penting mba. Kalau ngga ada cahaya alami, kita bisa bikin cahaya buatan alias pakai bantuan lampu studio. Tapi mahal lagi juga. Ada sih yang membuat sendiri 'lampu studio' sederhana menggunakan lampu tidur/lampu belajar dan sterofoam.

      Masakan, misal sayur, kalau kita masak matang, hasilnya tidak menarik kalau difoto mba. Biasanya masakan dimasak dengan tingkat kematangan 50-75% kalau untuk keperluan foto. Kalau yang difoto sayuran, mungkin masih bisa ya dimakan. Tapi kalau seperti daging, ikan, gitu, kan ngga mungkin dimakan dalam kondisi setengah matang setengah mentah mba, hehe. Kecuali lagi, kalau suka...

      Delete
    2. iya mba, jadinya saya lebih suka makan di luar waktu siang hari... hasil gambarnya jadi cantik walopun cuma makan di warteg, hehe


      owh... jadi biar keliatan masih segar gitu yah mba?
      yang pernah saya baca sih kalo mau foto2 gitu, sering disirami sedikit minyak biar lebih kinclong..

      Delete
    3. Bisa juga mba, lebih mengundang selera.

      Delete
    4. Tapi tetap tingkat kematangannya ga 100%

      Delete

Post a Comment

Popular Posts