Rendang 'daging' Padang

Bajunya sih biasa aja, itu kan baju batik yang biasa aku pake ke kantor sebelum ada batik seragam kantor yang resmi. Lagi juga, buat apa pakai baju yang gaya dan ribet untuk shalat Ied di Jakarta? Beda dengan di kampung halaman tercinta, dimana saat lebaran, semua orang datang ke lapangan, lokasi shalat Ied, dengan busana terbaik yang mereka miliki. Rata-rata sih pakai baju baru. Ya, itulah tradisi. Sebenarnya kan tidak harus baru, yang penting rapi, bersih, dan masih bagus, serta pas, jangan kekecilan, jangan pula kedodoran, hehe.

Foto ini kami ambil sesaat sebelum berangkat ke lokasi shalat Ied Adha tahun kemaren. Sebelum menikah, jika berhari raya di Jakarta, maka tempat pilihan saya untuk melaksanakan shalat Ied adalah lapangan sekolah Persis, Persatuan Islam, Utan Kayu Selatan. Setelah menikah, kami tinggal di Kayu Manis sehingga tempat shalat paling dekat adalah lapangan sekolah Muhammadiyah yang ada di dekat perlintasan rel stasiun Pondok Jati, Kayu Manis. Memasuki tahun kedua pernikahan, kami pindah ke Utan Kayu Selatan (maklumlah kontraktor^^). Tempat shalat Ied paling dekat adalah halaman Puskesmas Kecamatan Matraman yang hanya terpisah 2 blok/gang dari rumah 'kontrakan' kami. Dan oh tidak, lihatlah tangan yang menggenggam mukena itu!! Aku makin gemuk pemirsahh!! *Ga nyambung sih...


Seperti tahun-tahun sebelumnya, tahun ini suamiku menjadi bagian dari panitia Qurban di kampus tempatnya mengajar, UHAMKA. Daging Qurban yang dia bawa pulang kami bagi-bagi ke tetangga dan saudara, serta sisanya aku bagi ke dalam beberapa kantong dan masuk freezer. Dagingnya dan iganya perlahan-lahan aku olah untuk dibuatkan lauk. Sejak saat itu, masih tersisa 1 kantong daging has yang akhirnya aku (setelah mengumpulkan niat dan membulatkan tekad, *sangat lebay, tapi beneran) olah menjadi rendang nan enak ini.

Tanyalah padaku kenapa aku begitu malas memasak rendang! Jawabannya, pertama bikinnya butuh waktu lama, gak cukup 3 jam, pegel euyy. Kalau mau cepat bisa saja. Presto dagingnya dan besarkan apinya ketika memasak sehingga santannya cepat berubah menjadi rendang. Tapi, tidak!! Aku tidak menyukai rendang yang dibuat dengan cara itu, setidaknya belum! Kedua, sudahlah lama, suamiku tidak mau makan rendang lebih dari 1 atau 2 hari *2 hari itu maksimal. Lalu mau diapakan rendang yang sekuali itu??? Katanya ada semacam pepatah atau quote atau apalah yang berasal dari Jawa, "tidak baik memakan makanan yang temannya (teman si makanan) sudah berakhir di spitenk". Pahamkan maksudku?


Karena daging yang aku rendang lebih dari sekilo, maka sebagian besar rendang diungsikan ke rumah kakakku. Dengan anak 3, aku rasa rendang itu tidak akan berakhir lama^^. Itu, foto di atas, ke rumah emaknya dialah sebagian besar rendangku berakhir, hehehe. Dan mungkin butuh waktu 1 tahun bagiku untuk mengupload rendang berikutnya ke blog ini, hihihi.

Eniweyy, pada dasarnya aku sangat menyukai rendang ama-ku. Tapi berhubung aku tidak punya catatannya dan kalau nanya beliau, jawabannya pasti 'kira-kira, segini, kira-kira...", maka aku pakai resep yang populer di NCC Indonesia saja, yaitu rendangnya Uni Dewi Anwar yang konon pernah memenangkan lomba rendang nasional. Yuhuuu, mari kita laksanakan!!

Rendang Padang
by Uni Cakes
Source Dewi Anwar, dengan modifikasi

Bahan 1:
1 kg daging gandik tanpa lemak, potong menjadi 25-28 bagian, cuci bersih dan tiriskan
2-3 buah kelapa, buat santan kental (aku: ambil patinya: peras tanpa menambahkan air, setelahnya buat santan dengan air hangat kuku kira2 1500 cc)

Bahan 2, haluskan:
20 butir bawang merah
10 butir bawang putih
6 cm jahe (se ibu jari)
100 gram cabe merah keriting, giling
1 sdt merica putih

Bahan 3:
Se ibu jari laos/lengkuas, geprek
3 batang sereh, ambil bagian putihnya, geprek
3 buah bunga pekak (bunga lawang, bentuknya seperti bintang)
5 lembar daun jeruk
3 lembar daun salam
2 lembar daun kunyit, sobek-sobek

Bahan 4 (aku: bahan 1-3 skip):
1 sdm kelapa serundeng (kelapa diparut memanjang, gongseng tanpa minyak hingga cokelat, giling sampai keluar minyaknya)
1 sdm hati sapi, rebus, giling halus (aku skip. Tidak mungkin beli hati sapi 25 gram di tukang daging hanya untuk rendang ini kan? Kecuali kalau dagingnya juga beli di sana. Kalau beli lebih, katakan 100 gram, sisanya mau diapain? Aku gak suka hati)
1 sdm air asam
Garam secukupnya
Gula pasir secukupnya

How To:
1. Ungkep daging dengan bahan 2, tambahkan air sedikit saja (aku: gunakan santan encer, sedikit saja) hingga air daging keluar, teruskan ungkep hingga airnya kering;
2. Di 'tungku sebelah' masak santan cair sambil terus diaduk-aduk hingga mendidih;
3. Tuang santan ke dalam wadah daging, masukkan bahan 3, aduk rata. Aduk santan dengan gerakan menimba hingga mendidih, pastikan santan tidak pecah;
4. Masak hingga santan mengeluarkan minyak;
5. Tambahkan pati santan dan bahan 4, masak hingga rendang berdedak.

Tips:
1. Gunakan rempah-rempah segar untuk hasil dan aroma terbaik;
2. Selalu gunakan api kecil sehingga dagingnya bisa empuk;
3. Santan harus selalu diaduk supaya tidka pecah sampai mengeluarkan minyak;
4. Pengadukan terus berlangsung hingga proses memasak selesai, hanya saja, ketika santan sudah mengeluarkan minya dan berubah warna menjadi cokelat keemasan, pengadukan dapat dikurangi;
5. Pengadukan setelah santan mengeluarkan minyak untuk memastikan tidak ada rendang yang lengket di dasar kuali;
6. Jangan lupa cicipi rendang untuk mendapatkan rasa yang pas;
7. Sajikan dengan nasi hangat dan lalapan khas Padang, hmmm, yummmy...


Comments

Popular Posts